Cara Menyusun BAB I Skripsi
Gimana? Judul penelitianmu kemarin sudah diacc dosen pembimbing belum? Feeling-ku sudah, sih. Makanya sekarang kamu lagi mencari cara untuk mengerjakan BAB I. Iya, 'kan? Selamat, yaa! XD
Kalau orang bilang, nih, BAB I adalah pondasinya penelitian. Karena di dalam BAB I, peneliti harus pintar-pintar memberikan argumentasi bahwa penelitiannya itu penting untuk dilakukan.
Tetapi menurutku, BAB I adalah jiwanya penelitian dan menyusun BAB I adalah bagian yang paling sulit dari mengerjakan proposal penelitian. Karena secara implisit, BAB I lah yang akan menentukan arah penelitianmu. Wah, kok, bisa?
Bisa. Mari kita kupas satu per satu!
Disclaimer: aku adalah seonggok mahasiswa yang sedang belajar juga, sama seperti kamu. Apa yang aku tuliskan disini adalah sari-sari dari PPT dosen metodologi penelitian dan masukan yang aku dapat dari dosen pembimbing selama proses bimbingan dengan beliau, kemudian aku sintesiskan menjadi sebuah tulisan di blog ini. So, seperti biasa, CMIIW!
Sebelumnya, ada dua hal yang perlu kita persiapkan sebelum menyusun BAB I, yaitu judul penelitian dan pedoman pengerjaan skripsi dari prodi.
Pada umumnya, BAB I skripsi terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Tentunya ketentuan ini bisa saja berbeda-beda di setiap institusi. Jadi, sebelum mulai mengerjakan, sebaiknya kamu buka dulu buku pedoman pengerjakan skripsi dari prodi masing-masing. Kalau misalkan kamu belum menerimanya, jangan ambil pusing, tapi ambil saja punya katingmu yang baik hati itu.
Okay, sudah siap? Mari kita mulai!
Menyusun BAB I Skripsi ๐๐ป
A. Latar Belakang
Latar belakang yang baik adalah yang menjawab pertanyaan "mengapa kamu ingin meneliti ini?"
Misi dari menyusun latar belakang adalah menyampaikan alasan mengapa penelitianmu harus dilakukan. Alasan tersebut harus kuat, dalam artian masalah yang diteliti adalah menarik, penting, dapat diteliti dengan metode ilmiah, masalahnya besar, dampaknya luar biasa, kronologinya sesuai, dan solusi yang diberikan nyambung dengan permasalahan yang ada.
Nah, untuk mempermudah kamu mengerjakan, ada 4 komponen yang perlu dijabarkan di dalam latar belakang, yaitu: Masalah, Data, Kronologi, Solusi atau biasa disingkat MDKS.
1. Masalah
Masalah itu apa sih? Masalah itu adalah kesenjangan antara yang seharusnya (teori, empiric) dengan kenyataan yang dihadapi. Gampangnya, masalah adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan.
Kesalahan yang sering dilakukan teman-teman mahasiswa adalah langsung to the point ke masalahnya, sehingga masalah ini kurang terlihat dan pembaca menjadi kaget. Nah, biar masalah dalam penelitianmu terlihat, kamu harus memberikan kontras terhadap hal yang idealnya terjadi. Misalnya masalah yang mau kamu bawa adalah double burden of nutrition pada anak balita, coba bandingkan antara kedua metode untuk menggambarkan masalah ini ya!
a. Indonesia adalah salah satu negara yang berjuang dalam memperbaiki status gizi masyarakatnya. Permasalahan terkait status gizi di Indonesia yang menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah permasalahan gizi pada balita, yaitu gizi kurang namun di sisi lain juga terjadi gizi berlebih. Hal ini disebut juga dengan istilah double burden of nutrition.
b. Masa balita merupakan periode yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada periode ini, terjadi pertumbuhan sel sel tubuh sekaligus perkembangan kemampuan anak yang terjadi secara pesat. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini adalah penting karena kekurangannya tidak bisa diperbaiki di masa depan sehingga masa balita juga disebut sebagai periode emas. Keberhasilan tumbuh kembang yang dialami oleh balita ditentukan oleh kecukupan zat gizi yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nadya (2023) yang menyatakan bahwa status gizi pada masa balita berpengaruh terhadap kualitas seseorang di masa dewasa.
(Baru ceritakan masalah gizinya ada yang kurang, ada yang berlebih)
Enak yang kedua, ya? Bukan hanya karena lebih panjang, ya. Tapi karena lengkap penjelasannya dan lebih menjustifikasi permasalahan yang diteliti.
Oke, ini dia tipsnya supaya bisa menulis latar belakang seperti poin yang kedua:
a. Sebutkan siapa respondenmu! (Balita)
b. Proses apa yang sedang mereka lalui? (Tumbuh kembang)
c. Apa kebutuhan mereka? (Kecukupan zat gizi)
d. Apa masalahnya? (Zat gizinya kurang atau berlebih)
2. Data
Data berfungsi untuk mengidentifikasi besar masalah dan dampak dari masalah itu sendiri. Jadi, data yang digunakan sebaiknya spesifik dan sesuai dengan masalah yang ingin kamu teliti. Misalnya kamu ingin meneliti gizi kurang dan gizi berlebih pada balita usia prasekolah (3-5 tahun), berarti data yang kamu cantumkan adalah angka kejadian gizi kurang dan gizi berlebih pada kelompok usia tersebut saja.
Kesalahan yang paling umum dalam mencantumkan data adalah mencantumkan data yang tidak spesifik sehingga data tidak relevan dengan masalah penelitian atau data yang sama sekali tidak relevan karena kejauhan.
Misalnya ketika kita ingin meneliti tentang status gizi balita usia prasekolah (3-5 tahun), nih ya.
Contoh data yang tidak spesifik: di Jawa Timur, angka kurang gizi pada balita adalah 24%. Kenapa tidak spesifik? Karena balita adalah anak usia 1-5 tahun, padahal subjek penelitianmu usia 3-5 tahun. Dan siapa tahu kurang gizi terbanyak malah ada di kelompok usia 1-3 tahun. Kalau sudah begitu, kenapa kamu nggak meneliti balita di usia toddler (1-3 tahun) saja?
Contoh data yang tidak relevan: angka kematian balita usia prasekolah di Kota Malang mencapai 11,2%.
Kenapa tidak relevan? Karena tidak selalu masalah gizi itu ujug-ujug larinya ke kematian pun tidak semua kematian bayi itu disebabkan oleh masalah gizi. I know, kamu sedang mencoba untuk mendramatisir masalah ini supaya terlihat gawat, tapi ada cara yang lebih tepat. Sebentar, kita bahas setelah ini, ya!
Mengapa kita harus mencantumkan data yang spesifik dan relevan? Agar masalah yang kita ambil terlihat besar. Nah, besar masalah itu sifatnya relatif, alias nggak ada patokannya minimal harus seberapa besar angkanya. Alhasil, kemampuanmu dalam menyajikan data akan sangat mempengaruhi besarnya masalah yang akan terlihat.
Okay, pertanyaan yang dari tadi jawabannya sudah kamu tungguin: bagaimana cara untuk membuat masalah kelihatan besar?
a. Membandingkan data terkait masalah tersebut dengan tempat lain.
Contoh: Angka gizi kurang pada anak usia prasekolah di Kabupaten Malang menduduki peringkat pertama se-Jawa Timur.
b. Membandingkan data terkait masalah tersebut dengan waktu sebelumnya.
Contoh: Angka ini meningkat dari 4.000 kasus di tahun 2018 menjadi 4.500 kasus di tahun 2022.
c. Membandingkan data terkait masalah tersebut dengan target yang diharapkan. Contoh: Angka tersebut memang telah mengalami penurunan dari 5.000 kasus di tahun 2018 menjadi 4.000 kasus di tahun 2022 namun masih jauh dari target nasional, yaitu 500 kasus.
d. Masalah tersebut memiliki dampak yang besar.
Contoh: Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang berjalan beriringan, sehingga baik gizi kurang maupun gizi berlebih pada balita akan mengganggu proses perkembangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Nadya (2023) yang mengaitkan adanya keterlambatan perkembangan motorik pada balita yang mengalami obesitas.
3. Kronologi
Di bagian kronologi, kamu wajib menjelaskan "mengapa masalah tersebut bisa terjadi?". Gaya penyampaian kronologi yang paling sering aku temukan adalah menyebutkan faktor apa saja yang berperan dalam menimbulkan masalah tersebut. Kalau bisa, sebutkan faktor yang berkaitan dengan variabel yang akan kamu teliti. Misalnya kamu ingin mengaitkan variabel status gizi balita dengan pola asuh orang tua, berarti kamu harus mengelaborasi pola asuh orang tua itu sebagai faktor yang berperan dan faktor si-paling berpengaruh. Karena kalau tidak ... kamu akan mendapat pertanyaan, "kenapa kamu tidak meneliti variabel lain saja?".
Contoh: Menurut penelitian Nadya (2023), status gizi balita dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, asupan zat gizi, aktivitas fisik, dan pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua berperan dalam menentukan pengaturan batasan jenis, jumlah, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi balita serta orang tua yang mengizinkan anak untuk bermain gadget juga memperbesar kemungkinan balita kekurangan aktivitas fisik sehingga dapat terjadi obesitas.
4. Solusi
Sesuai dengan pengertiannya, solusi dalam penelitian adalah penyelesaian atau pemecahan suatu masalah sehingga diharapkan dapat menghasilkan jalan keluar nantinya. Nah, menyampaikan solusi ini bisa dimulai dengan menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, tenaga kesehatan, dan pihak-pihak lainnya atau apa yang sudah dilakukan peneliti terdahulu (hasil penelitian orang lain dari solusi tersebut). Baru setelah itu kamu paparkan apa yang belum dilakukan/belum diketahui sehingga nanti ketemu, nih, kamu akan melakukan apa dalam penelitian ini untuk membantu menyelesaikan permasalahan?
Biasanya, teman-teman langsung memaparkan solusi yang dimilikinya tanpa memperhatikan sesuatu yang sudah diupayakan orang lain. Sebetulnya hal ini nggak salah, tapi akhirnya nanti jadi kurang smooth. Coba bedakan dua solusi ini, ya!
1. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian terkait hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita.
2. Untuk mengatasi permasalahan gizi pada anak prasekolah, pemerintah Indonesia telah membuat panduan gizi seimbang dengan isi piringku. Namun, pada pelaksanaannya, orang tua lah yang banyak berperan dalam menyediakan makanan bagi anak usia prasekolah. Dan hal ini tercermin dari pola asuh orang tua terhadap anaknya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita.
Hehe, gimana? Sudah bisa membedakan, belum? Semoga sudah, ya frenn!
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan yang ingin dijawab oleh peneliti melalui penelitian yang akan dilakukannya. Pertanyaan ini bukan sembarang pertanyaan, guys. Pertanyaan dalam rumusan masalah ini harus dapat dijawab dengan cara ilmiah dan tidak boleh hanya asumsi.
Contoh: adakah hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita?
C. Tujuan penelitian
Bahasa ribetnya, tujuan penelitian adalah suatu indikasi kemana arah atau yang dicari melalui penelitian, dirumuskan dalam bentuk konkrit, dapat diamati, dapat diukur.
Tujuannya untuk mengidentifikasi, menjelaskan, membuktikan, mengkaji, memprediksi alternatif pemecahan masalah.
Tujuan penelitian harus dituliskan dengan jelas, ringkas, dan pernyataan deklaratif yang biasanya dalam kalimat aktif.
Seperti yang sudah poin sebelumnya, tujuan penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan. Maka gampangnya, tujuan penelitian merupakan penjabaran dari langkah yang ditempuh untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Tujuan pelitian dibedakan menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang melingkupi semua tujuan penelitian. Atau dapat menjawab masalah pokok, disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti dan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian. Biasanya, tujuan khusus ini ditulis dengan kalimat yang konsisten dengan rumusan masalah. Jadi, misalkan rumusan masalahnya seperti yang ada di atas, maka tujuan umumnya menjadi:
Mengetahui hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah penjabaran dari tujuan umum yang berisi rincian langkah demi langkah yang dilakukan peneliti untuk bisa mencapai tujuan umum sehingga tujuan khusus harus disampaikan menggunakan kata kerja.
Contoh:
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua balita.
b. Mengidentifikasi status gizi balita.
c. Menganalisis hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita.
D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini menjawab pertanyaan "jika penelitian telah dilakukan, apa dan siapa yang akan menerima manfaat?". Nah, manfaat penelitian juga dibedakan menjadi 2, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Sesuai dengan namanya, "teori". Manfaaat teoritis berarti manfaat untuk pengembangan ilmu yang murni untuk menambah wawasan saja. Tapi, manfaat teoritis ini harus jelas dan spesifik untuk apa. Misalnya: penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dibidang Gizi Reproduksi.
2. Manfaat Praktis
Sesuai juga dengan namanya, "praktis" atau bisa dipraktikkan. Manfaat praktis ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan, lebih dari hanya sekedar pengetahuan. Misalnya:
Bagi tenaga kesehatan: penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan asuhan kebidanan dalam intervensi gizi balita dari segi pola asuh orang tua.
Nah, itu tadi cara menyusun BAB I yang no ribet-ribet club, fren. Tapi namanya manusia, kan, ada luputnya, ya. Jadi kalau ada yang masih ruwet dan belum bisa dipahami, bisa kontak aku via DM: @nadyadtazkiyah atau via email: nadyadinat@gmail.com
Bareng Mbak Diah makan bakso beranak
Di sini aja, yaa dan terima kasih banyak! ๐๐ป
Komentar
Posting Komentar