Kok Bisa Ikut Project Dosen?

Membawa rantang ke Nusa Dua
Selamat siang, kawula muda!

Omong-omong soal anak muda, bisanya waktunya banyak makanya sempat-sempatnya push rank sampai pagi dan nongkrong sana sini. Kalau sudah remnya blong, dompetnya kosong, rekeningnya jadi amsyong. 

Daripada semakin menghamburkan duit orang tuamu, mending kamu ikut aku aja! Ikut project dosen. Benefitnya banyak, loh! Menurut pengalamanku, keuntungan ikutan project dosen diantaranya:
  1. Mengisi waktu luang dengan kegiatan positif
  2. Jalan-jalan ke desa (beli jeruk juga)
  3. Bisa tanya-tanya banyak hal kepada dosen (biasanya untuk mencairkan suasana waktu perjalanan)
  4. Kenalan sama orang-orang keren yang diajak kerjasama, seperti: perangkat desa, kader, bidan desa, DPPKB, PPPA, dll (memudahkan untuk kegiatan kita kedepannya)
  5. Melatih soft skill, entah itu komunikasi, public speaking, desain, menulis, dll.
  6. Mendapatkan inspirasi penelitian (memudahkan saat akan skripsian)
  7. Mendapatkan pengalaman keren yang bisa diceritakan ke orang-orang (kaya gini)
  8. (Biasanya) dapat penghargaan berupa uang

Nah, beberapa followers instagramku pernah nanya, "Kak, gimana caranya ikutan itu? Kok aku nggak dapat info?"

Untuk itu, aku persembahkan padamu, ....
Sebetulnya, dosen itu sama seperti kita, punya PR juga. PRnya dosen bermacam-macam, mulai dari penelitian, pengabdian masyarakat, dan masih banyak lainnya. Nah, untuk mengerjakan PR itu, biasanya dosen memiliki tim dan kadang memerlukan bantuan mahasiswa. 

Pastinya beliau nggak akan open recruitment seperti volunteer atau kepanitian di kampus. Iya, lah, ngapain? Soalnya dalam satu kegiatan biasanya hanya butuh bantuan 2-3 orang mahasiswa aja. Itu lah alasan kenapa infonya nggak sampai ke kamu. 

Kalau menurut orang yang nggak paham, pasti dosen itu memilih anak yang dikenalnya aja. Dia lagi, dia lagi, dia lagi. Aku kapan? Kan yang lain juga mau. Kesannya ibu/bapak itu pilih kasih, deh. 

Partly right, but not completely. "Memilih anak yang dikenalnya aja" harus disempurnakan menjadi "memilih anak yang dikenalnya pintar, kreatif, gercep, dan bertanggung jawab". 

Bukan semata-mata karena dikenal sama dosen, terus dipilih untuk ikut projectnya. Tapi, kamu dikenal sebagai orang yang seperti apa? Cocok atau nggak kira-kira kalau nanti jadi partner kerja beliau? Karena project ini penting bagi beliau, dana yang dikeluarkan pun nggak sedikit, jadi beliau harus selektif dalam memilih siapa saja yang menjadi timnya. Intinya sebelum protes fafifu wasweswos, sebaiknya kita jawab pertanyaan ini dulu, "kenapa harus pilih saya?"

Sebenarnya bukan langsung dipilih, nggaaak. Kesannya random banget, dah. Tapi sebetulnya, selama berinteraksi dengan kita, dosen itu sedang mengamati dan menilai. Jadi, jatuhnya seperti semacam close registration gitu, lah. 

Lalu, apa yang harus aku lakukan? 
  1. Baca artikel tentang network
  2. Masih ada kesempatan untuk berusaha memberikan yang terbaik di setiap kesempatan. You'll be noticed at some point. 
  3. Berteman dengan orang-orang yang sudah dinotice dosen. Karena biasanya yang terpilih disuruh ngajak teman untuk jadi partner kerjanya.

Oke, sampai sini artikelnya bisa dipahami, ya?


Bonus: project dosen yang pernah aku ikuti
1. Penelitian
Job deskku waktu itu bersama Silvi dan Arel adalah bikin modul, bikin alat permainan edukatif (APE), bikin X banner, bikin soal pre-test & post-test, jadi pembawa acara, pemateri, pemandu games, tukang jepret, tukang wawancara, dan tukang makan.

2. Pengabdian Masyarakat
Kalau disini, jobdesknya sama persis dengan di penelitian karena memang konsep kegiatannya mirip, kecuali tukang makannya. Karena nggak bareng Bu Naimah, jadi kita nggak mampir beli onde onde, xixixi.

3. Program Pengembangan Desa Sehat (PPDS)
PPDS ini mirip seperti pengabdian masyarakat. Hanya saja, skalanya lebih besar, lebih kompleks dan lebih mendalam. Kalau pengabdian masyarakat mungkin waktu pelaksanaannya cukup dengan 2 pertemuan. Sedangkan PPDS perlu sekitar 8 pertemuan. Ya, tentu saja karena kami pada waktu itu membentuk YIC dan membekali kader remaja dengan berbagai macam materi dan keterampilan.

Jadi, selain tugas mendasar seperti 2 poin di atas, jobdeskku juga ditambah dengan menghimpun remaja desa, membentuk kelas dan perangkatnya, menyulap ruang kosong di balai desa menjadi kelas dilengkapi dengan poster-poster dan media edukasi, melatih mereka, dan menguji kompetensi mereka sebagai bentuk evaluasi. Pokoknya seru banget! Teman-teman bisa melihat keseruan PPDS disini yaa! 

4. Research and Development (RnD)
Di RnD kali ini, kami akan menciptakan sebuah website untuk skrining dan edukasi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Benar-benar hal baru bagi aku. Excited pwolll!

Jadi, sejauh ini jobdeskku bersama Vionna merancang website, mendesain logo, mengoperasikan instagram, koordinasi dengan developer website, dan membuat artikel.

Penasaran, nih, dengan websitenya? Sama, saya juga, hehehe. Doakan semoga hasilnya bermanfaat, ya! Nanti kalau websitenya sudah selesai, bakalan aku taruh disini tautannyam Oh, iya, teman-teman tolong ramein instagram REAKSI, dong! Follow kami, ya!

Udah, gitu aja, ya, teman-teman. Terima kasih sudah membaca. Semoga di lain kesempatan, teman-teman bisa ikutan project dosen! 😉

See you kapan-kapan! Ciao! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Stages of Grief

Aku Takut Salah

Pengalaman Menolong Persalinan Sungsang (Part 1)