My Acceptance Journey As A Midwifery Student

Karena sebentar lagi tahun ajaran baru akan dimulai, pasti akan banyak juga adik-adik yang mau lulus SMA dan mulai cari-cari bahan pertimbangan untuk milih perguruan tinggi dan prodinya.

Kalau dulu, jujur saja aku nggak punya banyak pilihan karena posisiku sebagai anak pertama sekaligus cucu pertama ini nggak punya banyak referensi dan gambaran. 

Q: Nggak tanya kating? 
A: Sudah, tapi malah promosiin prodi dan PTnya sendiri. 

Q: Nggak tanya bimbel? 
A: Sudah, tapi malah di-push untuk masuk ke prodi dan PT yang bergengsi. 

Q: Nggak cari tau di YouTube?
A: Sudah. Aku sudah tau kesukaanku apa, aku tau mau prodi dan PT apa, tapi aku dibatasi dengan restu orang tua yang pandangannya masih sebatas "cari prodi yang jelas biar kerjanya jelas". That's why aku butuh kakak yang supportive, karena aku belum lihat kenyataannya untuk bisa menyanggah argumentasi itu dan untuk ngasih saran-saran yang objektif sesuai dengan aku.

Q: Apakah prodi dan PTku yang sekarang adalah apa yang aku harapkan dulu?
A: No, not even crossing my mind

Q: Tapi, apakah aku enjoy menjalaninya? 
A: Yes, but it takes a looong way

So, I proudly present to you, "My Acceptance Journey as A Midwifery Student". 

Jadi, dulu sebelum memilih prodi, aku kenali diriku sendiri dulu lebih dalam. Aku orang yang seperti apa? What am I good at? Value apa yang aku punya? Sebelum mikir jauh-jauh ke arah prospeknya. Ini yang akan sedikit menyelamatkan kita dari rasa overwhelmed. Aku pernah baca entah dimana, tapi kalimat ini selalu memberi semangat buat aku ketika lagi capek. Bunyinya gini, "kalau kamu merasa capek, tapi kamu senang, artinya kamu berada di jalan yang benar". Jadi pastikan dulu kita suka, kita senang, kita bisa, intinya kitanya dulu. 

Kalau menurut multiple intelligences test by Howard Gardner, sebetulnya aku paling bagus di intrapersonal dan linguistic. 
Di sini juga dijelaskan karir apa saja yang cocok sama tipe kecerdasan kita. Misalnya aku, ya. Sebetulnya aku akan cocok kalau jadi pengusaha, peternak, sejarawan, peneliti, pustakawan, filsuf, psikolog, penulis, copywriter, reporter, editor, jurnalis, dosen, guru, pembaca berita, dan penerjemah/interpreter.

TAPI KOK MASUKNYA DI JURUSAN KEBIDANAN? ๐Ÿ˜ฑ

Anggap saja aku tersesat ke jalan yang benar, hahaha. 

Kalau aku boleh kasih masukan untuk sistem pendidikan di Indonesia, nih, kayanya bakalan bagus kalo kita terpapar gambaran terkait rencana karir lebih dini. Dan jangan itu itu aja anjriiit ๐Ÿ˜ญ Kalo nggak polisi, tentara, dokter, guru, apa lagi? 

Harapannya, anak-anak Indonesia bakalan punya cita-cita yang settle sejak kecil. Sejak kecil? Iya, ada beberapa skill yang harus mulai dipelajari sejak usia dini lalu diperdalam lagi di sekolah dan perguruan tinggi. Bukannya malah bingung di akhir-akhir terus jebule kerja nggak sesuai dengan jurusannya. (Re: biar nggak seperti aku).

Kalau aku dulu, sih, ikut SNM-PTN nggak lolos,  nggak ikut SBM-PTN tapi sempat ikut UTBK 1x (dulu tes dulu baru milih prodi dan PTNnya). Karena sudah dinyatakan lolos ujian SIMAMA (Seleksi Masuk Bersama) di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Kaget lah, yang disiapkan siang dan malam, ya, SBM-PTN tapi tembusnya malah SIMAMA. Yang sebetulnya ... Jujur aja ... Pilihan jaga-jaga. 

Kenapa aku pilih kebidanan? Ya, karena pandangan sempitku itu ditambah pertimbangan dari orang tua yang sama aja. 

Ternyata suprisenya nggak berhenti di situ aja. Begitu PKKMB, astaghfirullah, semuanya perempuan dan sulit di atur ๐Ÿ˜ฉ. Literally satu gedung perempuan semua. Mulai dari mahasiswanya, dosennya, pekarya, sampai satpamnya pun perempuan. Kalau pun ada yang laki-laki, itu pasti jumlahnya masih bisa dihitung jari dan pasti dosen dari jurusan lain.

Bukan pick me, ya, tapi pick me juga, sih, kayanya menurut kalian. Aku agak aneh memang di antara teman-teman sekelas. Jadinya aku juga cuma bisa berteman sama 1 orang yang aneh juga. Karena sedikit yang bisa menjadi penghubung antara aku dan mereka. 

Aku suka banget renang atau jalan-jalan santai, tapi yang mau ikut ya dia lagi, dia lagi. Aku suka banget baca buku, apalagi tentang self-improvement, tapi yang bisa tukeran buku atau diajak ke perpus ya dia lagi, dia lagi. Aku nggak suka small talks, bahkan nggak suka ngomong kalo nggak penting-penting banget karena mager, jadinya ya nggak seru diajak ngobrol basa-basi. 

Cuma, pada akhirnya aku bisa mencari celah biar aku bisa berbaur. Mulai dari belajar mencintai Kim Taehyung dan Ong Seong-Wu, nyoba nonton drakor, baca novel, tukeran medsos dan saling comment, memperhatikan detail kecil dari temanku dan nggak ragu buat bertanya, bahkan kadang aku juga menghidupkan suasana dengan ngawali main game seru kaya ToD, undercover, gartic, dll. (Tapi kadang aku merasa aku dicari orang karena aku pintar dan banyak kenalan kating #keGRan)

Lama kelamaan, dinding pembatas itu runtuh. Aku mulai terbuka, pun mereka juga. Kita bukan lagi sekumpulan mbak-mbak SMK Ijen yang lagi pondok romadon, tapi kita adalah girls' power ✊๐Ÿป๐Ÿ˜Ž๐Ÿ’›๐Ÿ’…✨

Itu baru tentang lingkungannya, ya. Belum lagi tentang pandangan orang-orang yang "ahh, gajinya kecil" atau "ahh, bidan sudah banyak, emang yakin nggak bakal susah cari kerjaan?" atau "ahh, palingan cuma jadi asistennya dokter". Buat aku yang nggak memilih ini dengan pilihan sendiri, pasti lah semakin menggoyahkan hatiku. Tapi ketika teringat orang tua dan biaya yang sudah mereka keluarkan, aku segera kembali ke lintasan. Sambil bicara dalam hati, "emangnya, takdirku kamu yang tentukan?" ๐Ÿ˜’

Tapi masalah terbesarnya bukan itu. Pelajarannya ini lebih complicated lagi, cuy. Aku yang lebih suka main hitung-hitungan ini bingung sama pelajarannya yang banyak sekali teorinya. Banyak sekali hapalannya. Awalnya ku kira cuma ngurusin ibu hamil dan ibu melahirkan. Ternyata kebidanan mempelajari tentang aspek bio-psiko-sosio-spiritual proses reproduksi manusia sejak awal kehidupan bahkan sebelum mak-bapaknya menikah sampai nanti tutup usia. Sulit pokoknya, sulit. Sistem perkuliahannya pun mendidik dan mendadak. Serba sat set sat set dan nggak ada waktu untuk hah heh hoh. 

Akhirnya aku mencari hal lain untuk refreshing dari rutinitas yang membagongkan ini, yaitu ikutan himpunan (sempat jadi kahim juga ๐Ÿ˜Ž), UKM English Club, volunteer, dan jadi tim peneliti dan pengabmas dosen. Ternyata,... asiiiik!๐Ÿค™๐Ÿ˜ฉ Cuma aku masih belum ngerti kenapa kok kebidanan. Masih nggak habis thinking. 

Setelah "yaudah" yang ke-sekian kalinya, akhirnya tiba lah di saat kita harus PKL. Tepatnya di semester 7. Di PKL ini juga aku baru mengerti alasan mengapa takdir membawaku kemari. 

Menurutku, siklus hidup manusia mulai dari menemukan cinta sejati, terus fertilisasi, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, bayi, balita, remaja, dewasa, menemukan cinta sejati and repeat the cycle adalah sesuatu yang luar biasa. And I'm glad to be the part of people's life cycle. Bahkan, saking bestienya dengan pasien, namaku pernah dipakai untuk ngasih nama anaknya ๐Ÿ˜ญ.

Lihat calon pengantin bercanda sama pasangannya is wholesome thoo. Lihat ibu hamil periksa ngajak anaknya is wholesome too. Apalagi lihat ibu hamil lahiran didampingi suaminya, it's another level of wholesomeness.

Tapi ada juga bagian yang heartbreaking. Menjadi orang yang pertama kali mencurigai adanya "masalah" kesehatan is heartbreaking. But it's such an honour to be there for them. 

Selain itu, ternyata multiple intelligence yang tadi ada dua biji itu, intrapersonal dan linguistik nggak pernah terpendam atau terbuang sia-sia, kok. Malah jadi nilai plus kalau kita tahu cara mengaplikasikannya di dalam ilmu kebidanan. Kesukaanku terhadap matematika juga bermanfaat, loh!

Matematika? Iya, ada walaupun sederhana. Ngehitung dosis, ngehitung IMT, ngehitung ini dan itu, juga mengaplikasikan cara problem solving ala matematika. Asik loh! Selalu waktu PKL itu aku main teka-teki sama diri sendiri, dengan tanda gejala ini, diagnosisnya pasti ini, penyebabnya ini, penatalaksanaannya harusnya seperti itu. Itu seperti puzzle yang sangat asik buat aku. Seperti mencari nilai x.

To sum up, cari lah jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat kalian dulu. Tentunya, sebelum itu kalian harus bisa mengenali diri sendiri dengan baik! Kalau ternyata di perjalanannya ternyata kalian diterima di jurusan yang kalian inginkan, just look at the bright side jangan terperangkap di "ini bukan kemauanku" dan lain lainnya. Dengan kata lain, berarti kebalikannya, dijalanin dulu baru dicintai. Begitu lah. 

Cuma, kalau kalian nggak sayang waktu dan duit yang sudah dikeluarkan karena lebih memprioritaskan kalian pengennya apa, coba tes di tahun depan juga it's okay. Ciaooo!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Stages of Grief

Aku Takut Salah

Pengalaman Menolong Persalinan Sungsang (Part 1)